
Maarifnudiy.or.id–“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari”.
Demikian kutipan yang tertulis dalam buku Anak Semua Bangsa karya Pramoedya, memberikan gambaran bahwa dengan menulis, keabadian yang takkan pernah bisa dicapai manusia ternyata bisa diimplementasikan melalui sebuah tulisan. Sebuah karya abadi yang tak lekang oleh waktu.
Sri Sumarti, B.A, guru senior yang mengampu mata pelajaraan Bahasa Indonesia di SMK Diponegoro Depok melatih, membimbing, mengajak, dan memfasilitasi siswa untuk menulis. Bukan hanya memerintah siswa untuk menulis, tetapi juga menjadi teladan dengan turut serta menulis puisi dengan judul “Sibak Kabut”. Siswa yang terlibat dalam penulisan antara lain M. Ajuj Hisbullah (“Pahlawan Tanpa Tanda Hormat”), Anisa Risma (“Tak Kusangka”), Aisyah Eta S. (“Dalam Keyakinan”), Nadila Febriana M. (“Si Pemangsa”), Meylani Dwi F. (“Sunyi”), Deatri Arista (“Sebuah Nama”) dan Lola Natasya (“Tak Dikenal”) serta Aditya Royzansa (“Tertahan Tuhan”) yang merupakan alumni SMK Diponegoro Depok yang juga putra Sri Sumarti.
Karya puisi guru dan siswa SMK Diponegoro Depok yang difasilitasi dan diseleksi oleh Komunitas Yuk Menulis (KYM) berhasil mengumpulkan 1079 karya puisi dari pelosok Indonesia, terangkum dalam buku Untuk Kita yang Sedang Berjuang. Dalam kata pembuka, Vitriya Mardiyati, selaku founder KYM mengajak semua pihak untuk selalu produktif di tengah pendemi. #DiRumahAja bukan berarti leha-leha, rebahan tidak berkarya, namun harus bergerak dan berjuang dalam karya.
Buku Untuk Kita yang Sedang Berjuang adalah karya abadi bagi guru dan siswa sebagai pegiat dan pelaku literasi. Dia adalah sebuah karya yang akan selalu dibanggakan dan membanggakan bagi diri dan orang lain terutama SMK Diponegoro Depok selaku institusi tempat mereka mengajar dan belajar, tempat berinteraksi dan bertukar pikiran dalam karya. (RmT)