
Yogyakarta, Maarifnudiy.or.id–Selasa, 02 Oktober 2018, dalam rangka pembayaran honorarium kepada Tim Penyusun buku Ke NU-an, yang di hadiri para Tim Penulis, pembimbing, penyelaras, dan editor serta desainer. Acara ini di buka oleh DR. Tadzkiroatun Musfiroh, yang mengawali dengan bercerita tentang rendahnya hasil tes pengetahuan ke-Aswaja-an pada saat seleksi beasiswa di UNU Yogyakarta. Berangkat dari sini ke depannya sangat penting untuk menguji guru-guru aswaja tentang pengetahuan Aswaja. Keterkaitan dengan buku yang sudah berhasil di cetak, diharapkan sebagai referensi para peserta didik agar lebih mengenal dan mendalami Aswaja.
Menulis buku adalah aktivitas bermanfaat yang insyaallah pahalanya akan terus mengalir bahkan sampai penulisnya wafat. Selain itu, kehadiran buku aswaja merupakan bentuk prestasi dari Ma’arif NU DI Yogyakarta. Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. Sugiyono kepada para penulis, editor, dan desainer grafis buku aswaja di Kantor LP Ma’arif NU DIY, Selasa (2/10/2018). Pada kesempatan itu, guru besar FT UNY itu juga menyampaikan, penjualan buku yang sudah berhasil ditulis dan diterbitkan tersebut akan mendatangkan keuntungan bagi penulis, editor, desainer grafis, bahkan lembaga.
Senada dengan Sugiyono, K.H. Drs. Masharun Ghazalie menyampaikan, bahwa penerbitan buku aswaja merupakan gagasan cerdas yang dilontarkan para pengurus yang ditangkap oleh para ahli. Namun ada hal yang masih membuat prihatin beliau saat mendengar laporan beberapa sekolah di bawah naungan LP Ma’arif ada yang belum menggunakan buku tersebut. Beliau menambahkan, memang ada beberapa karakter sekolah yang ada di lingkungan LP Ma’arif DIY. Yang pertama, sekolah NU yang tunduk dan patuh terhadap kebijakan- kebijakan LP Ma’arif DIY. Yang kedua, sekolah NU tetapi lebih senang di kelola sendiri, ada sekitar 15% sekolah, namun itu juga menjadi ganjalan, seperti di ibaratkan sebagai “klilipnya mata”. Ketiga, sekolah NU, akan tetapi tdk mau di kelola LP Ma’arif, maunya di kelola sendiri namun agak jauh dan ada yg sedikit menyimpang dari NU. Sekolah semacam ini ada sekitar 5%. Pembina LP Ma’arif NU DIY itu mengemukakan, PWNU, PCNU, dan PW Ma’arif sudah selazimnya menghargai tinggi-tinggi para penulis buku aswaja agar mereka tidak berhenti berprestasi dan bisa mendapatkan apresiasi lebih.
Lebih lanjut Masharun berharap, buku yang sudah dihasilkan tetap dibenahi dan disempurnakan isi dan bobotnya. Oleh karena itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul ini mengusulkan untuk diadakan bedah buku agar isi buku bisa dikaji secara ilmiah.
Ada tiga puluh orang yang diundang untuk menerima honorarium. Mereka terdiri atas para penulis, pembina, editor, layouter, desain cover dan penyelaras. Rata-rata penulis adalah guru sekolah Ma’arif di DI Yogyakarta, sebagian di antaranya berasal dari perguruan tinggi. Pembagian honorarium dilakukan oleh Sekretaris LP Ma’arif NU DIY, Dr. Tadkiroatun Musfiroh, dan Bendahara LP Ma’arif NU DIY (Rohwanto).
Pada pertemuan itu juga disampaikan bahwa ada distributor buku nasional yang bersedia memasarkan buku aswaja secara nasional. Distributor di daerah Lampung, Pekalongan, Medan, dan Bogor sudah menyatakan kesediaannya. Usulan tersebut akan ditindaklanjuti oleh pengurus LP Ma’arif NU DI Yogyakarta. (sab/ind/ika)